Pesan Dalam Islam Creatife Terima Kasih Atas Kunjungan Anda By. Danang Adyanto

bulan ramadhan


Mengerjakan ibadah puasa dan amal saleh yang mengikutinya, termasuk sadaqoh dan pancaran kesabaran kita.

Dalam bulan yang datang setahun sekali itu, kita dilatih untuk bisa merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang selama ini kurang beruntung. Kita diminta merasakan bagaimana beratnya menahan lapar dan dahaga saudara-saudara kita yang berada dalam situasi kesusahan. Kita dilatih untuk menahan hawa nafsu dan amarah yang bisa menggugurkan semua pahala puasa kita, dan kita dilatih menjadi manusia unggulan yang dalam bahasa Alqur’an disebut ‘muttaqin’. Dan kita dilatih untuk selalu ihlas dalam menjalankan perintahNYA agar semua ibadah kita tidak menjadi asap yang gampang ditempa angin karena sifat riya kita. Sebagaimana firman Allah dalam kitab sucinya, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (Al-Baqoroh 183)

Semua ibadah yang diwajibkan dan dianjurkan dalam bulan Ramadan itu diharapkan bisa membawa jiwa dan diri kita menjadi lebih santun, penyabar dan penuh sayang. Jiwa yang lebih peka terhadap situasi sosial, sesama mahluk dan lingkungan kita. Jiwa yang selalu rindu untuk berdekapan dengan ALLAH SWT karena menjadi pekanya spiritualitas kita dengan sang Kholiq. Dan jiwa yang benar-benar bisa mempraktekkan salah satu kunci sifat Allah ‘Arrahman dan Arrahim’, ‘Yang Maha pengasih dan Maha Penyayang’. Bukankan sangat indah puasa di bulan Ramadan itu bagi yang mengetahui sebagaimana firman Allah : ‘Dan kalau kalian puasa, itu lebih baik bagi kalian kalau kalian mengetahuinya’ (Al-Baqarah : 184).

Namun apakah cukup memimpikan ibadah kita di bulan Ramadan mencapai hal-hal mulia di atas dengan amalan yang asal-asalan? Jawabannya, tentu tidak mungkin. Butuh persiapan yang matang dan dalam agar dalam mengisi bulan penuh hikmah itu kita bisa memetik hasil yang maksimal sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam Alqur’an ‘La’allakum Tattaquun’. Beberapa persiapan itu antara lain perlunya kita memahami seluk-beluk ibadah puasa dan ibadah lainnya yang sering kita amalkan di bulan suci ini dengan baik dan benar. Perlunya kesiapan mental dan psikologi kita untuk menjadi manusia baru yang penuh kejujuran dan kasih sayang, dan perlunya menyiapkan jiwa kita untuk berubah. Tanpa persiapan itu, sepertinya agak susah bagi kita untuk bisa meneguk nikmatnya puasa dan ibadah di bulan Ramadan.

Fiqh Puasa

Untuk bisa menikmati ibadah puasa kita dengan tenang dan damai, kita perlu mempelajari tatacara ibadah puasa dengan baik yang diatur dalam kitab fiqh. Namun cara ini tidak cukup jika kita tidak memaknahi ibadah puasa kita dengan hikmah-hikmah yang terkandung. Untuk itu, sebelum kita membahas amalan-amalan sunnah yang mengikuti puasa di bulan Ramadan, mari kita kaji dan dalami dulu soal syarat dan wajib puasa dan hikmahnya agar kita bisa menjalankan ibadah itu dengan tenang dan ikhlas sepenuh hati karena dapat jaminan balasan yang besar di sisi ALLAH SWT sebagaimana janjinya dalam hadits qudsi bahwa ganjaran bagi orang yang puasa hanya Allah yang tahu dan Dia pula yang akan membalasnya sendiri.

Dalam kitab fiqh, puasa secara bahasa atau etimologi dimaknahi dengan ‘mencegah atau menahan (alman’u)’. Sementara menurut arti terminologisnya dimaknahi, ‘upaya sungguh-sungguh menahan diri dari hal-hal yang membatalkan ibadah puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Untuk bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar, kamu muslimin harus memhami syarat dan wajibnya puasa. Dalam semua kitab fiqh yang ditulis oleh para imam madzhab, tercacat beberapa syarat sahnya orang dalam berpuasa, yakni, Islam, Baligh (Berakal), dan tidak sedang haid dan nifas bagi perempuan dan mengetahui waktu diperbolehkannya berpuasa dan berniat puasa. Syarat ini secara langsung menggugurkan kewajiban puasa bagi orang kafir, orang gila, orang yang tidak niat berpuasa, perempuan haid atau nifas dan puasa di waktu yang diharamkan seperti pada hari raya idul fitri dan adha dan 3 hari setelah hari raya idul adha yang disebut dengan ayyamut tasyriq.

Pengetahuan soal syarat sahnya berpuasa itu harus dilengkapi dengan pengetahuan syarat wajibnya berpuasa. Dalam kitab-kitab fiqh disebutkan, syarat wajibnya berpuasa ada 4 hal. Yaitu harus muslim, baligh, mampu mengerjakan puasa, dan tidak sedang berpergian. 4 hal ini yang mewajibkan seseorang terkena beban puasa dalam Islam. Dengan demikian, ibadah puasa menjadi tidak wajib bagi orang kafir, orang yang sedang dalam berpergian alias musafir, orang gila atau anak-anak dan orang yang lemah dan skit-sakitan. Sebagai gantinya, bagi yang tidak bisa menjalankan puasa, mereka harus mengqodlo (mengganti) di waktu lain di luar Ramadan atau membayar dendabagi orang yang sakit yang tidak mempunyai harapan sembuh untuk mengqodlo dengan fidyah yaitu satu mud (7,5 ons) makanan pokok untuk setiap harinya.

Lalu untuk bisa menjaga puasa kita agar tetap dalam koridor yang benar, kita juga harus memahami hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Para ulama fiqh membagi hal-hal yang bisa membatalkan ibadah puasa sebagai berikut, masuknya sesuatu ke lubang dari anggota badan kita seperti mulut, hidung, telinga dan lain-lain jika ada unsur kesengajaan. Jika masuknya sesuatu itu tidak karena sengaja alias karena insiden atau lupa, maka puasa seseorang dihukumi tetap sah. Hal-hal selanjutnya yang membatalkan ibadah puasa seseorang adalah murtad, kedatangan haid, nifas karena melahirkan, gila, hilang akal walau sebentar seperti mabuk atau pingsan, bersetubuh atau onani dan muntah karena disengaja.

Untuk menjamin agar ibadah kita penuh dengan ganjaran, maka kita harus bisa mengikuti sunnah rasul sebagaimana yang bisa dilakukan Rasulullah ketika mengisi bulan Ramadan. Beberapa sunnah rasul terkait ibadah puasa antara lain, menyegerakan berbuka puasa, makan dan mengakhirnya sahur walau hanya dengan meminum seteguk air, berbuka dengan kurma atau hal-hal yang manis, membaca doa berbuka puasa, memperbanyak bersadaqoh dan memberi makan orang berbuka puasa, istiqomah dalam menjalankan salat tarawih dan witir, memperbanyak membaca Alquran dengan meresapi maknanya, memperbanyak melakukan ibadah sunnah dan amal saleh kepada sesama dan banyak amalan baik lainnya.

Selain menjalankan sunnah di atas, kita juga harus menjaga kualitas ibadah puasa kita dengan menghindari beberapa hal yang bisa merusak pahalanya orang berpuasa. Beberapa hal yang bisa merusak pahalnya orang berpuasa sebagaimana hadits nabi adalah melakukan Ghibah atau ngegosip keburukan orang lain. Melakukan tindakan yang merugikan orang lain baik secara langsung seperti mengumpat atau memfitnah dan mengadu domba. Ketiga, menyembunyikan kebenaran dengan melakukan pembohongan dalam kehidupan kita, melihat sesuatu khususnya perempuan atau gambar-gambar yang bisa menimbulkan syahwat kita, melakukan sumpah palsu dan berkata yang bisa merusak citra kita seperti mengumpat dan berkata jorok dan cabul, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: خمس يفطّرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة Arinya: Lima perkara yang membatalkan (pahala) puasa : berbohong, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan semoga bermanfaat. Jangan lupa tinggalkan pesan yang membangun.