Pesan Dalam Islam Creatife Terima Kasih Atas Kunjungan Anda By. Danang Adyanto

Banyak Orang Shalat, Mengapa Masih Ada Bencana?



Pertanyaan ini seringkali diajukan oleh peserta seminar, tanya-jawab keislaman dan pengajian. Secara tersirat seolah-olah dikatakan bahwa harusnya kalau kita shalat, maka tidak akan ada bencana. Apakah memang seperti itu?


Perlu kita ingat lagi, bahwa sesuatu yang menimpa kita adakalanya adalah ujian, peringatan atau azab (hukuman). Nah, bencana yang menimpa kita termasuk yang mana?


Peraturan dasar untuk sebuah introspeksi adalah ketika kita menilai orang lain, kita harus berbaik sangka. Bencana yang menimpa orang lain harus kita anggap sebagai ujian. Sebaliknya, saat kita menilai diri sendiri, maka anggaplah diri ini banyak kekurangannya. Bencana yang menimpa kita harus kita pikir sebagai peringatan dari Allah.


Hanya saja, terkadang bahkan seringkali kita tidak mau menerima pernyataan bahwa yang menimpa kita adalah peringatan apalagi azab dari Allah. Kalau ada sebuah daerah tertimpa bencana, kita cenderung mengatakan bahwa itu karena kesalahan dan dosa mereka, sehingga Allah memberi peringatan bahkan azab kepada mereka. Dan, keadaan sebaliknya berlaku untuk kita.


Kita merasa diri sudah bertakwa, menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.


Kita merasa diri sudah baik dan benar, sehingga bila ada bencana yang menimpa kita, kita yakin itu adalah ujian, bukan peringatan atau hukuman.


Kita merasa bahwa tidak seharusnya kita menerima bencana itu, karena kita sudah rajin shalat.


Kita merasa bahwa orang lainlah yang terkena bencana, dan kita ikut menerima imbasnya. Kita mengibaratkan ada seekor semut yang menggigit seseorang, lalu orang itu membunuh semua semut yang ada di dalam lubang. Semut yang tidak menggigit ikut menderita karena terkena dampak perbuatan semut lainnya.


Kita merasa bencana itu tidak ditujukan oleh Allah untuk kita. Kita ikut terkena bencana karena kita satu wilayah dengan orang-orang yang berbuat zhalim dan maksiat.


Nastahgfirullâh al-‘Azhîm. Marilah kita memohon ampun kepada Allah Yang Maha Pengampun (Al-Ghaffâr) atas perasaan bahwa kita adalah orang baik dan benar, yang tidak mungkin mendapat peringatan apalagi azab. Marilah kita mohon ampunan Allah atas perasaan bahwa kita tidak seharusnya menerima bencana karena kita merasa telah bertakwa, menjalankan shalat—baik yang wajib maupun nawafil, sedekah, zakat, puasa (wajib dan sunnah) serta menunaikan ibadah haji dan umrah.


Ibnu Qatadah menasihatkan, “Janganlah kamu menuntut idlal (kenikmatan) karena amal perbuatanmu.”


Idlal al-‘amal adalah perasaan bahwa diri kita memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah karena ibadah yang dilakukan. Dengannya, kita merasa berhak mendapat kenikmatan dari Allah dan tidak menerima segala perkara yang tidak disukai menimpa diri kita.


Seorang dokter mengatakan bahwa “merasa” itu menguatirkan. Seseorang yang merasa diri sehat, kemungkinan bisa terjangkit banyak penyakit, misalnya darah tinggi, kolesterol, asam urat, liver dan lainnya. Begitu pula jika seseorang merasa diri baik dan benar, bisa jadi di dalam dirinya justru banyak sekali pintu-pintu yang sudah dimasuki dan dihuni oleh setan dan kawan-kawannya.

Terimakasih
By.Danang Adyanto

Semoga bermanfaat...........................

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung dan semoga bermanfaat. Jangan lupa tinggalkan pesan yang membangun.